Pagi ini, dengan berjalan kaki saya pulang dari pasar sambil menjinjing tas belanja; berkeringat krn matahari pagi yang panas dan juga gerah karena saya belum mandi.Kusut dan lelah. Tiba-tiba seorang ibu yang bawaannya lebih berat dari tas saya, mendekati saya. Dari logatnya saya menilai dia Orang Melayu. Agaknya saya sering berpapasan dengan ibu tapi tak pernah ngobrol hanya sekedar senyum atau memberi salam. Tiba-tiba ibu ini berhenti dan menatap saya dengan serius dan bilang, "Nak, , kamu cantik sekali. Seperti masih gadis" Tentu saja saya tertawa dan berbasa-basi bilang terima kasih, "Sungguh,Nak.Ibu jujur bilang ini". Walau masih tersenyum. Sebenarnya hati saya tersentu.
Saya terharu karena niat hatinya. Dia tidak punya kepentingan apapun terhadap saya, tapi itu tidak menghalanginya untuk meluangkan waktu dan tenaga untuk mengatakan sesuatu yang baik tentang saya.
Percayalah saya tidak mengerti definisi "cantk" yang dimaksudkannya. Kalau Anda pernah lihat saya, Anda akan tahu banyak kekurangan saya. Dan kalau saya bercermin atau lihat foto saya maka saya merasa saya tidak secantik yang saya harapkan (Lho koq jadi curhat? hi..hi..hi..)
Jadi kalau kemudian saya merasa senang dan ingin berjalan sambil melompat-lompat seperti anak kecil yang baru dapat permen bukanlah karena saya merasa cantik. Tapi saya merasa terhibur, "masih ada lho orang yang melihat sisi baik dari saya dan berani mengatakannya tanpa pretensi apapun". Yang dilakukan ibu itu kelihatan kecil dan sederhana tapi dampaknya manis sekali untuk saya.
Belakangan ini saya sedang mengalami masa-masa sulit karena berurusan dengan orang-orang yang baik ke saya karena mereka mempunyai kepentingan atas saya. Saya juga harus menghadapi hal sebaliknya, harus berurusan dengan orang-orang yang tega mencaci maki saya ketika merasa bahwa saya menjadi penghalang bagi kepentingan mereka. Dan kelompok lain yang saya harus hadapi adalah orang-orang yang mengkritisi segala kekurangan saya, sampai saya rasanya tak punya harga diri lagi. Kekurangan saya dibongkar-bangkir sampai tak ada lagi keinginan saya untuk membela diri.
Tampak luar, tak ada yang berubah dari saya. Semua tugas dan kewajiban terus saya jalankan tanpa jeda. Tetapi sesungguhnya hati saya rapuh. Air mata ini mengalir tanpa isakan. Tak ada yang pernah dengar tangis ini. Saya pernah punya sahabat, tapi saya halau dia karena kasihan kepadanya. Tidak tega rasanya menjadikan dia always sebagai penampung segala kemarahan dan kesedihan tanpa bisa melakukan hal baik bagi dia. Jadi saya sendirian sekarang. Benarkah? Benarkan saya sendiri dan tak ada yang peduli? Salah. Ternyata Ada. Ya.. SAHABAT saya mengerti. Dia mengerti bahwa saya perlu 'entertainment' agar saya sedikit istirahat dan tekanan demi tekanan ini. Karena itu SAHABAT saya mengirimkan "malaikat"Nya untuk melakkukan sesuatu yang baik, di saat orang-orag yang menyebut dirinya memiliki hubungan dengan saya tak bisa atau tak mau lagi melakukan hal itu.
Sungguh ini hari yang manis. Bukan karena saya dibilang cantik bukan pula karena luka hati ini telah sembuh. Tapi karena sekali lagi saya diyakinkan bahwa, "saya tak pernah sendiri" Ada SAHABAT yang setia menemani saya.
Guys, SAHABAT saya ini bukan exclusive punya saya. DIA juga mau koq,jadi milikmu. And He can send you an angel, whenever you need it.