Kamis, 25 Desember 2014

2014 Tahun Huru Hara

2014

Tinggal beberapa hari saja akan berakhir.

Buat saya ini adalah tahun yang penuh huru hara.

Awal 2014, saya memulai suatu hal yang saya rasa penting.Membangun Sarana Pendidikan untuk anak-anak tidak mampu di daerah Banten.Semua persiapan telah dilakukan. Investasi ditanamkan dengan tulus hatidan tanpa memperhitungkan untung rugi. Dukungan pun sangat banyak saya terima.

Ternyata saya ngg bisa lanjutkan proyek mulia karena beberapa hal tak terduga terjadi di kehidupan pribadi dan keluarga. Hanya beberapa hal yang saya bisa tuliskan di sini.

Pada akhir January saya sakit. Dirawat di RS di Tangerang. Lumayan ngga enak. Dan yang paling tidak menyenangkan adalah ancaman bahwa saya tidak akan bisa menyanyi lagi karena virus yang menyerang tubuh saya. Saya berdoa dengan sepenuh hati, "Tuhan sembuhkan saya dan tolong jangan biarkan pita suara saya rusak"

Tuhan mendengar doa saya. Sampai hari ini saya sehat dan masih bisa menyanyi. Tapi sakitnya belum selesai. Akhir Agustus kemballi masuk RS sekarang di RS PMI Bogor. Anehnya, saya masuk RS barengan dengan ipar saya Donal Silalahi. Yang waktu itu didiagnosa dokter  kurang gizi. Diagnosa aneh karena dia hobby makan dan beratnya 130kg. Tapi dokter bilang gitu ya mau apa lagi? Dia di transfusi darah sampai 5 kantong. Jadi di RS kami saling mengunjungi. Ternyata  Kejadian di RS ini hanyalah awal dari duka berkepanjangan yang menyayat hati.

Hari itu tanggal 24 Agustus, saya ingin keluar RS tapi dokter bilang belum boleh. Padahal saya ingin sekali pulang ke Batam karena Mama sakit. Akhirnya besok, kami berdua -aku dan Donal- boleh keluar rumah sakit. Tapi karena masih banyak yang harus diurus dan dikonsultasikan kami baru keluar RS jam. 11 malam. Di jemput oleh adik-adikku tapi Donal yang setir mobil. Tidak ada tanda kalau dia baru keluar dari RS

Kami adik kakak, jarang ketemu. Jadi kalau ketemu kamu ngobrol ngga ada habisnya. Malam itu kami ngobrol sampai jam 2 subuh. Barulah kemudian, kami bubar dan pulang ke rumah masing-masing. Rasanya baru aja mau terlelap, bunyilah telfon dari Batam. Ipar ku bilang, "Mama melemah...". Yang aku inginkan saat itu adalah menyanyi buat Mama. Tapi iparku bilang, "Kak, nanti saja ya? Mama tidur. Nanti kalau bangun aku kasih telfon ke Mama". Ternyata Mama tidak pernah bangun lagi. Jam 6 pagi, datang berita, "Mama sudah pergi..." 

Tidak bisa dikatakan bagaimana hancurnya hatiku. She is my hero. She is my everything. Ditinggalkan oleh beliau, menghancurkan hati dan jiwaku. Dengan berlinang air mata, dengan tenaga yang masih tersisa.... ku langkahkan kakiku ke Batam. Hari itu semua penerbangan ke Batam kosong dan aku dan adikku Nita harus lewat Singapore untuk sampai ke Batam. Syukur untuk kekuatan ini.

sampai di rumah, hanya jasad Mama yang ku temui....Penyesalan, kemarahan dan kesedihan bercampur aduk. Menguburkan orang yang paling penting di hidupku adalah peristiwa tertrauma yang pernah ku alami... Selamat jalan, Mama. Sampai jumpa di surga.

Hampir 2 bulan lamanya aku seperti kehilangan arah. Rasanya apapun jadi ngga penting lagi untuk diperjuangkan. Aku menyepi di Batam.. Semua orang berduka, tapi rasanya aku terlalu tenggelam dalam duka. Sampai mereka bilang, "Ayolah bergerak........."

Perlahan aku mulai keluar dari kemurungan. Aku berkebun. Aku nyanyi lagi. Mencoba resep masakan baru. Adik-adikku ngga puas, "ayo berkarya lagi". Aku hanya senyum dan bilang, "Sabar......" jawabku, " ini cuma masalah waktu. Nanti juga ada waktunya duka ini memudar"

Dan ternyata waktu tidak pernah juga menjadi milik saya. Di tengah duka ini, adik ipar yang waktu itu masuk RS dengan ku di vonis kanker. "Tuhan, apa lagi ini..........?" tanyaku. Aku menangis, aku berdoa, aku meratap. Bahkan ketika pada suatu hari dia koma, aku bilang, "Tuhan, ambil saja nyawaku. Jangan ambil Donal". Aku sangat...sangat...mencintai adikku Lia. membayangkan dia harus menanggung duka karena kehilangan suami dan membayangkan 2 keponakanku yang masih kecil harus kehilangan ayah adalah hal yang paling mengerikan bagiku. Tetapi.......... Tuhan Maha Berkehendak.

Akhir November, adik iparku tercinta, pria penyayang, cerdas, baik hati suka menolong. Ayah dari 2 keponakanku, suami adikku tercinta : Donal Silalahi meninggal karena kanker darah/ Leukemia".

Duniaku gelap.......... hatiku hancur. Tangisanku tak bisa berhenti di hari-hari itu, bahkan rasanya ribuan hari mendatang pun air mata ini tak akan pernah kering setiap kali aku ingat adikku sayang, Donal Silalahi.Dan setiap kali aku mengingat 2 keponakanku yang luar biasa Boas dan Zanetha, serta kekasih hatiku Lia.

Melihat keadaanku, keluarga tak mengizinkan aku ke Jakarta untuk menghadiri pemakaman. Aku pasrah, bukan karena rela tapi karena memang ngga punya daya untuk melawan. And you know what, di tengah situasi yang berat ini, aku tetap khotbah, tetap nyanyi, tetap memberi konseling. Wuih.....

See? ini tahun yang tidak mudah bagiku.

Hampir 4 bulan Mama pergi dan sebulan sudah Donal pergi. Duka ini masih tersisa. Air mata ini belum kering... Belum tahu juga bagaimana nanti berhadapan dengan Lia, Boas dan Zanetha. Yang aku tahu, aku masih hidup.Aku bertanggung jawab untuk mengisi hidup ini dengan tugas yang Tuhan sudah tetapkan untuk aku. Kenangan  manis tentang Mama, Donal dan semua orang yang telah mendahuluiku ke surga tak akan pernah terlupakan. Tapi aku harus terus melangkah.......... Aku harus bangkit. harus menghargai semua orang yang pernah hadir dalam hidupku; dengan menjadikan hidupku berarti untuk banyak orang.

Melangkah memasuki fase baru dan tahun baru. 

Apapun yang telah terjadi di tahun ini, aku tidak menyalahkan Tuhan. Dia Maha Baik. Dan apa saja yang dia izinkan terjadi dalam hidupku baik adanya, walaupun banyak yang belum aku mengerti, aku tetap percaya bahwa tidak ada yang jahat di hati-Nya dan direncana-Nya dalam hidupku.Dan beban hidup yang aku tanggung tidak akan melebihi kekuatanku.

Takutkah aku menghadapi tahun 2015. Sama sekali tidak. Aku tahu Tuhan tidak pernah meninggalkan aku sendiri. Mungkin banyak doaku yang tidak terkabul, tapi Tuhan selalu memberikanku yang terbaik. 

Dengan iman seperti itu, aku tutup tahun 2014 dengan bersyukur dan siap memasuki tahun 2015 dengan tetap percaya kepada Tuhan. Amin


Rabu, 16 April 2014

Birthday Blues

Entah pengaruh hormon, atau karena ngga nyaman karena tambah tua atau entah karena apa, saya selalu mengalami birthday blues. . Saya mencatat bahwa menjelang ulang tahun adalah masa paling menyiksa perasaan dan mental saya. Tahun ini juga demikian, rasa yang paling mencuat adalah marah yang mendekati depresi bahkan sering kali menggoda saya untuk lari sejauh-jauhnya dari kehidupan  saya ke tempat yang ngga seorangpun kenal saya atau saya kenal. Godaan lainnya adalah keinginan untuk mati aja lah. Bunuh diri pernah juga jadi alternatif, tapi koq takut neraka ya? Karena ajaran yang selama ini saya dengar, mati karena bunuh diri sama sekali ngga dapat pengampunan alias masuk neraka yang kekal. Ah,..... entah benar entah tidak ajaran itu, tetep aja saya terlalu pengecut untuk bunuh diri. Padahal kalau ditimbang lagi, Tuhan itu Maha Pengasih, bahkan di iman yang saya anut Dia sampai mati di kayu salib supaya saya ditebus dari maut dari dosa dan bisa masuk ke surga; masakan Tuhan yang demikian hebaatnya itu tidak mau mengampuni dosa bunuh dir dan tega melihat anakNya mendertta di nerakai?
Setelah merenung dan coba berkaca lagi, mungkin umur baru ini menimbulkan banyak penyesalan dalam diri saya, tentang mimpi mimpi yang hilang begitu saja ditelan waktu, diranggas usia yang tidak pernah mau berhenti melaju? Apakah ini artinya saya menyesali semua aspek hidup saya? Entah..... apakah saya menyesali, orang tua, masa kecil. teman-teman, gereja. karir, pangggilan hidup atau malah saya menyesali teman seperjalanan yang orang sebut dengan jodoh yang dilegalkan oleh hukum. Jawabannya tetap.....entah!
Atau mungkin memang saya terlalu pengecut untuk menjawab semua itu. Akhirnya saya belagak nyaman menjalani hari demi hari tahun demi tahun............ sementara alam bawah sadar saya terus meronta karena sesal demi sesal atas setiap pilihan dan keputusan  yang telah saya ambil; yang sama sekali tidak bisa ditarik mundur lagi. Yang harus tetap dinikmati sampai mati. Karena jika saya mundur goncangannya akan terasa lebih keras kepada orang lain yang ada di sekitar saya. Jadi untuk menjaga ketenangan saya harus terus belagak nyaman? Entah..........
Happy Birthday, Jeany! (semoga)