Selasa, 03 April 2012

Jakarta 2412

Hari ini, tiba-tiba Jakarta menjadi teras yang sangat teduh buatku. Dan aku menyambut seorang tamu istimewa di teras ini.. Bergandengan tangan dengan akrab, begitu erat tapi tanpa saling mendominasi. Tertawa dengan girang tanpa harus menjadi berlebihan. Romantis tanpa harus mendayu-dayu. Dekat tapi tetap menjaga jarak, tetap berdiri di posisi kami masing-masing. 
Lho koq saya dan tamu saya ini begitu paradoks ya? Ya, iyalah. Ngga apa-apa. Emang hidup ini ngga selamanya serasi dan seideal yang kita harapkan. Jadi buat apa, memaksakan sebuah keidealan di semua aspek hidup kita. "Ngalir aja. Nikmati aja" kata tamu saya itu.
Ya kami menikmatinya.
 Mengelilingi teras Jakarta yang luas ini kami nikmati naik Busway Trans Jakarta yang AC nya ngga dingin dan jadwalnya ngga jelas.
Istirahat sebentar dengan menikmati menu masakan Jepang. Melakukan keisengan pada sebuah batu putih yang tergeletak di kaki.. "Ih, kamu kaya anak SMP aja". Dia tertawa sampai matanya "menghilang". "Aku bahagia," katanya. Dia menceritakan kebahagiaannya dengan tulus dan mata yang berbinar-binar. Sudah lama aku tak mendengar kisah bahagia yang terdengar lugu dan menghangatkan hati seperti ini. 
"Semoga kamu terus bahagia seperti ini"
Itu doa Tulus saya ketika dengan  terpaksa meninggalkan dia seperti seorang musafir yang harus melanjutkan perjalanan.
Cuma 4 jam saja saya menikmati keteduhan teras Jakarta. Tapi waktu sesingkat itu sudah cukup. Saya bahagia sekali. Rasanya kebahagiaan tamu saya itu sudah menulari saya.

1 komentar:

  1. Kapan ya tamu saya ini datang lagi?
    Entahlah...kami ini sama-sama pengembara jadi entah kapan kami bisa berpapasan lagi

    BalasHapus