Selasa, 03 Maret 2015

Disembunyikan Atau Dipaparkan?

     Kemarin saya bercakap-cakap dengan seseorang yang telah menjadi bayang-bayang di 10 tahun hidup belakangan ini.
Percakapannya terjadi di teras rumah sakit. Ya, karena saya mengalami gangguan kesehatan saya harus menjadikan rumah sakit ini sebagai rumah.Syukurlah rumah sakit ini mempunyai teras yang menyenangkan untuk dijadikan sarana ngobrol. Tapi tentu saja hati dan kondisi saya tidak semenyenangkan suasana teras yang nyaman ini  Maklumlah orang sakit. Suasana hatinya agak mellow. Sedih karena sakit ini bikin merasa diri ini ngga berguna dan merepotkan banyak orang. Kesepian karena ngga ada yang menemani. Soal menemani, bukannya keluarga atau ngga ada yang mau nemani. Saya yang ngusir mereka ketika jam kunjungan usai. Saya sungkan merepotkan orang. Tapi akibat ngga ditemani ini, para suster yang protes karena ketika mereka butuh anggota keluarga untuk mendiskusikan masalah pengobatan, ngga ada wakil keluarga. Saya menjawab protes ini dengan  senyum manis. dan bilang, "saya sudah cukup dewasa koq untuk ambil keputusan untuk diri saya sendiri. Tak perlu lah keluarga". Hehehe.........Hal lain yang bikin para suster "prihatin" karena saya tak berteman di rumah sakit adalah infusan saya yang berdarah terus. Karena saya melakukan banyak hal sendirian, kadang lupa kalau tangan lagi diinfus. Jadilah darah masuk ke selang infus. So, kembali ke teras dan perasaan saya yang mellow dan obrolan saya dengan si  'bayang-bayang". Diskusi kami adalah mengenai ungkapan perasaan. Dia berkeras untuk percaya bahwa tak perlu lah mengungkapkan perasaan dengan kata-kata. Cukup di hati. Paparan kata tidak harus berbanding lurus dengan perasaan hati. Dalam hal ini adalah perasaan kasih sayang atau cinta atau sejenis itulah. Rindu dan cemburu termasuk di dalamnya. Saya tidak sependapat dengan itu. Buat saya penting untuk mengungkapan isi hati selain dengan perbuatan tentunya, harus juga dengan ungkapan kata. Bukankah semua yang di rasa hati masuk melalui indera kita? Termasuk melalui telinga kan?Saya lalu mengajukan pertanyaan, "Bagaimana kita tahu rasa coklat kalau coklat itu ditutup rapat dengan alumunium foil yang tebal?" dan, "Bagaimana kita tahu dalamnya laut kalau laut menolak untuk diukur". Lama dia terdiam sebelum menjawab. Dia memang pandai. Selalu saya kagum pada kecerdasannya. . Tetapi kepandaian nya kali ini, yang dipakai untuk menjawab pertanyaan itu, membuat kagum sekaligus miris. Kagum karena tak berpikir dia bisa menjawab dengan logika yang sulit dibantah. Miris, karena membuat saya merasa sangat kehilangan.........................Percakapannya terjadi di teras rumah sakit. Ya, karena saya mengalami gangguan kesehatan saya harus menjadikan rumah sakit ini sebagai rumah.Syukurlah rumah sakit ini mempunyai teras yang menyenangkan untuk dijadikan sarana ngobrol. Tapi tentu saja hati dan kondisi saya tidak semenyenangkan suasana teras yang nyaman ini  Maklumlah orang sakit. Suasana hatinya agak mellow. Sedih karena sakit ini bikin merasa diri ini ngga berguna dan merepotkan banyak orang. Kesepian karena ngga ada yang menemani. Soal menemani, bukannya keluarga atau ngga ada yang mau nemani. Saya yang ngusir mereka ketika jam kunjungan usai. Saya sungkan merepotkan orang. Tapi akibat ngga ditemani ini, para suster yang protes karena ketika mereka butuh anggota keluarga untuk mendiskusikan masalah pengobatan, ngga ada wakil keluarga. Saya menjawab protes ini dengan  senyum manis. dan bilang, "saya sudah cukup dewasa koq untuk ambil keputusan untuk diri saya sendiri. Tak perlu lah keluarga". Hehehe.........Hal lain yang bikin para suster "prihatin" karena saya tak berteman di rumah sakit adalah infusan saya yang berdarah terus. Karena saya melakukan banyak hal sendirian, kadang lupa kalau tangan lagi diinfus. Jadilah darah masuk ke selang infus. So, kembali ke teras dan perasaan saya yang mellow dan obrolan saya dengan si  'bayang-bayang". Diskusi kami adalah mengenai ungkapan perasaan. Dia berkeras untuk percaya bahwa tak perlu lah mengungkapkan perasaan dengan kata-kata. Cukup di hati. Paparan kata tidak harus berbanding lurus dengan perasaan hati. Dalam hal ini adalah perasaan kasih sayang atau cinta atau sejenis itulah. Rindu dan cemburu termasuk di dalamnya. Saya tidak sependapat dengan itu. Buat saya penting untuk mengungkapan isi hati selain dengan perbuatan tentunya, harus juga dengan ungkapan kata. Bukankah semua yang di rasa hati masuk melalui indera kita? Termasuk melalui telinga kan?Saya lalu mengajukan pertanyaan, "Bagaimana kita tahu rasa coklat kalau coklat itu ditutup rapat dengan alumunium foil yang tebal?" dan, "Bagaimana kita tahu dalamnya laut kalau laut menolak untuk diukur". Lama dia terdiam sebelum menjawab. Dia memang pandai. Selalu saya kagum pada kecerdasannya. . Tetapi kepandaian nya kali ini, yang dipakai untuk menjawab pertanyaan itu, membuat kagum sekaligus miris. Kagum karena tak berpikir dia bisa menjawab dengan logika yang sulit dibantah. Miris, karena membuat saya merasa sangat kehilangan.........................Percakapannya terjadi di teras rumah sakit. Ya, karena saya mengalami gangguan kesehatan saya harus menjadikan rumah sakit ini sebagai rumah.Syukurlah rumah sakit ini mempunyai teras yang menyenangkan untuk dijadikan sarana ngobrol. Tapi tentu saja hati dan kondisi saya tidak semenyenangkan suasana teras yang nyaman ini  Maklumlah orang sakit. Suasana hatinya agak mellow. Sedih karena sakit ini bikin merasa diri ini ngga berguna dan merepotkan banyak orang. Kesepian karena ngga ada yang menemani. Soal menemani, bukannya keluarga atau ngga ada yang mau nemani. Saya yang ngusir mereka ketika jam kunjungan usai. Saya sungkan merepotkan orang. Tapi akibat ngga ditemani ini, para suster yang protes karena ketika mereka butuh anggota keluarga untuk mendiskusikan masalah pengobatan, ngga ada wakil keluarga. Saya menjawab protes ini dengan  senyum manis. dan bilang, "saya sudah cukup dewasa koq untuk ambil keputusan untuk diri saya sendiri. Tak perlu lah keluarga". Hehehe.........Hal lain yang bikin para suster "prihatin" karena saya tak berteman di rumah sakit adalah infusan saya yang berdarah terus. Karena saya melakukan banyak hal sendirian, kadang lupa kalau tangan lagi diinfus. Jadilah darah masuk ke selang infus. So, kembali ke teras dan perasaan saya yang mellow dan obrolan saya dengan si  'bayang-bayang". Diskusi kami adalah mengenai ungkapan perasaan. Dia berkeras untuk percaya bahwa tak perlu lah mengungkapkan perasaan dengan kata-kata. Cukup di hati. Paparan kata tidak harus berbanding lurus dengan perasaan hati. Dalam hal ini adalah perasaan kasih sayang atau cinta atau sejenis itulah. Rindu dan cemburu termasuk di dalamnya. Saya tidak sependapat dengan itu. Buat saya penting untuk mengungkapan isi hati selain dengan perbuatan tentunya, harus juga dengan ungkapan kata. Bukankah semua yang di rasa hati masuk melalui indera kita? Termasuk melalui telinga kan?Saya lalu mengajukan pertanyaan, "Bagaimana kita tahu rasa coklat kalau coklat itu ditutup rapat dengan alumunium foil yang tebal?" dan, "Bagaimana kita tahu dalamnya laut kalau laut menolak untuk diukur". Lama dia terdiam sebelum menjawab. Dia memang cerdas dalam banyak hal. Selalu saya kagum pada kecerdasannya (+selera humornya ;-) ). . Tetapi kepandaian nya kali ini, yang dipakai untuk menjawab pertanyaan itu, membuat kagum sekaligus miris. Kagum karena tak berpikir dia bisa menjawab dengan logika yang sulit dibantah. Miris, karena membuat saya merasa sangat kehilangan......................  

@rsob on Valentine's Day 2015...



Kamis, 25 Desember 2014

2014 Tahun Huru Hara

2014

Tinggal beberapa hari saja akan berakhir.

Buat saya ini adalah tahun yang penuh huru hara.

Awal 2014, saya memulai suatu hal yang saya rasa penting.Membangun Sarana Pendidikan untuk anak-anak tidak mampu di daerah Banten.Semua persiapan telah dilakukan. Investasi ditanamkan dengan tulus hatidan tanpa memperhitungkan untung rugi. Dukungan pun sangat banyak saya terima.

Ternyata saya ngg bisa lanjutkan proyek mulia karena beberapa hal tak terduga terjadi di kehidupan pribadi dan keluarga. Hanya beberapa hal yang saya bisa tuliskan di sini.

Pada akhir January saya sakit. Dirawat di RS di Tangerang. Lumayan ngga enak. Dan yang paling tidak menyenangkan adalah ancaman bahwa saya tidak akan bisa menyanyi lagi karena virus yang menyerang tubuh saya. Saya berdoa dengan sepenuh hati, "Tuhan sembuhkan saya dan tolong jangan biarkan pita suara saya rusak"

Tuhan mendengar doa saya. Sampai hari ini saya sehat dan masih bisa menyanyi. Tapi sakitnya belum selesai. Akhir Agustus kemballi masuk RS sekarang di RS PMI Bogor. Anehnya, saya masuk RS barengan dengan ipar saya Donal Silalahi. Yang waktu itu didiagnosa dokter  kurang gizi. Diagnosa aneh karena dia hobby makan dan beratnya 130kg. Tapi dokter bilang gitu ya mau apa lagi? Dia di transfusi darah sampai 5 kantong. Jadi di RS kami saling mengunjungi. Ternyata  Kejadian di RS ini hanyalah awal dari duka berkepanjangan yang menyayat hati.

Hari itu tanggal 24 Agustus, saya ingin keluar RS tapi dokter bilang belum boleh. Padahal saya ingin sekali pulang ke Batam karena Mama sakit. Akhirnya besok, kami berdua -aku dan Donal- boleh keluar rumah sakit. Tapi karena masih banyak yang harus diurus dan dikonsultasikan kami baru keluar RS jam. 11 malam. Di jemput oleh adik-adikku tapi Donal yang setir mobil. Tidak ada tanda kalau dia baru keluar dari RS

Kami adik kakak, jarang ketemu. Jadi kalau ketemu kamu ngobrol ngga ada habisnya. Malam itu kami ngobrol sampai jam 2 subuh. Barulah kemudian, kami bubar dan pulang ke rumah masing-masing. Rasanya baru aja mau terlelap, bunyilah telfon dari Batam. Ipar ku bilang, "Mama melemah...". Yang aku inginkan saat itu adalah menyanyi buat Mama. Tapi iparku bilang, "Kak, nanti saja ya? Mama tidur. Nanti kalau bangun aku kasih telfon ke Mama". Ternyata Mama tidak pernah bangun lagi. Jam 6 pagi, datang berita, "Mama sudah pergi..." 

Tidak bisa dikatakan bagaimana hancurnya hatiku. She is my hero. She is my everything. Ditinggalkan oleh beliau, menghancurkan hati dan jiwaku. Dengan berlinang air mata, dengan tenaga yang masih tersisa.... ku langkahkan kakiku ke Batam. Hari itu semua penerbangan ke Batam kosong dan aku dan adikku Nita harus lewat Singapore untuk sampai ke Batam. Syukur untuk kekuatan ini.

sampai di rumah, hanya jasad Mama yang ku temui....Penyesalan, kemarahan dan kesedihan bercampur aduk. Menguburkan orang yang paling penting di hidupku adalah peristiwa tertrauma yang pernah ku alami... Selamat jalan, Mama. Sampai jumpa di surga.

Hampir 2 bulan lamanya aku seperti kehilangan arah. Rasanya apapun jadi ngga penting lagi untuk diperjuangkan. Aku menyepi di Batam.. Semua orang berduka, tapi rasanya aku terlalu tenggelam dalam duka. Sampai mereka bilang, "Ayolah bergerak........."

Perlahan aku mulai keluar dari kemurungan. Aku berkebun. Aku nyanyi lagi. Mencoba resep masakan baru. Adik-adikku ngga puas, "ayo berkarya lagi". Aku hanya senyum dan bilang, "Sabar......" jawabku, " ini cuma masalah waktu. Nanti juga ada waktunya duka ini memudar"

Dan ternyata waktu tidak pernah juga menjadi milik saya. Di tengah duka ini, adik ipar yang waktu itu masuk RS dengan ku di vonis kanker. "Tuhan, apa lagi ini..........?" tanyaku. Aku menangis, aku berdoa, aku meratap. Bahkan ketika pada suatu hari dia koma, aku bilang, "Tuhan, ambil saja nyawaku. Jangan ambil Donal". Aku sangat...sangat...mencintai adikku Lia. membayangkan dia harus menanggung duka karena kehilangan suami dan membayangkan 2 keponakanku yang masih kecil harus kehilangan ayah adalah hal yang paling mengerikan bagiku. Tetapi.......... Tuhan Maha Berkehendak.

Akhir November, adik iparku tercinta, pria penyayang, cerdas, baik hati suka menolong. Ayah dari 2 keponakanku, suami adikku tercinta : Donal Silalahi meninggal karena kanker darah/ Leukemia".

Duniaku gelap.......... hatiku hancur. Tangisanku tak bisa berhenti di hari-hari itu, bahkan rasanya ribuan hari mendatang pun air mata ini tak akan pernah kering setiap kali aku ingat adikku sayang, Donal Silalahi.Dan setiap kali aku mengingat 2 keponakanku yang luar biasa Boas dan Zanetha, serta kekasih hatiku Lia.

Melihat keadaanku, keluarga tak mengizinkan aku ke Jakarta untuk menghadiri pemakaman. Aku pasrah, bukan karena rela tapi karena memang ngga punya daya untuk melawan. And you know what, di tengah situasi yang berat ini, aku tetap khotbah, tetap nyanyi, tetap memberi konseling. Wuih.....

See? ini tahun yang tidak mudah bagiku.

Hampir 4 bulan Mama pergi dan sebulan sudah Donal pergi. Duka ini masih tersisa. Air mata ini belum kering... Belum tahu juga bagaimana nanti berhadapan dengan Lia, Boas dan Zanetha. Yang aku tahu, aku masih hidup.Aku bertanggung jawab untuk mengisi hidup ini dengan tugas yang Tuhan sudah tetapkan untuk aku. Kenangan  manis tentang Mama, Donal dan semua orang yang telah mendahuluiku ke surga tak akan pernah terlupakan. Tapi aku harus terus melangkah.......... Aku harus bangkit. harus menghargai semua orang yang pernah hadir dalam hidupku; dengan menjadikan hidupku berarti untuk banyak orang.

Melangkah memasuki fase baru dan tahun baru. 

Apapun yang telah terjadi di tahun ini, aku tidak menyalahkan Tuhan. Dia Maha Baik. Dan apa saja yang dia izinkan terjadi dalam hidupku baik adanya, walaupun banyak yang belum aku mengerti, aku tetap percaya bahwa tidak ada yang jahat di hati-Nya dan direncana-Nya dalam hidupku.Dan beban hidup yang aku tanggung tidak akan melebihi kekuatanku.

Takutkah aku menghadapi tahun 2015. Sama sekali tidak. Aku tahu Tuhan tidak pernah meninggalkan aku sendiri. Mungkin banyak doaku yang tidak terkabul, tapi Tuhan selalu memberikanku yang terbaik. 

Dengan iman seperti itu, aku tutup tahun 2014 dengan bersyukur dan siap memasuki tahun 2015 dengan tetap percaya kepada Tuhan. Amin


Rabu, 16 April 2014

Birthday Blues

Entah pengaruh hormon, atau karena ngga nyaman karena tambah tua atau entah karena apa, saya selalu mengalami birthday blues. . Saya mencatat bahwa menjelang ulang tahun adalah masa paling menyiksa perasaan dan mental saya. Tahun ini juga demikian, rasa yang paling mencuat adalah marah yang mendekati depresi bahkan sering kali menggoda saya untuk lari sejauh-jauhnya dari kehidupan  saya ke tempat yang ngga seorangpun kenal saya atau saya kenal. Godaan lainnya adalah keinginan untuk mati aja lah. Bunuh diri pernah juga jadi alternatif, tapi koq takut neraka ya? Karena ajaran yang selama ini saya dengar, mati karena bunuh diri sama sekali ngga dapat pengampunan alias masuk neraka yang kekal. Ah,..... entah benar entah tidak ajaran itu, tetep aja saya terlalu pengecut untuk bunuh diri. Padahal kalau ditimbang lagi, Tuhan itu Maha Pengasih, bahkan di iman yang saya anut Dia sampai mati di kayu salib supaya saya ditebus dari maut dari dosa dan bisa masuk ke surga; masakan Tuhan yang demikian hebaatnya itu tidak mau mengampuni dosa bunuh dir dan tega melihat anakNya mendertta di nerakai?
Setelah merenung dan coba berkaca lagi, mungkin umur baru ini menimbulkan banyak penyesalan dalam diri saya, tentang mimpi mimpi yang hilang begitu saja ditelan waktu, diranggas usia yang tidak pernah mau berhenti melaju? Apakah ini artinya saya menyesali semua aspek hidup saya? Entah..... apakah saya menyesali, orang tua, masa kecil. teman-teman, gereja. karir, pangggilan hidup atau malah saya menyesali teman seperjalanan yang orang sebut dengan jodoh yang dilegalkan oleh hukum. Jawabannya tetap.....entah!
Atau mungkin memang saya terlalu pengecut untuk menjawab semua itu. Akhirnya saya belagak nyaman menjalani hari demi hari tahun demi tahun............ sementara alam bawah sadar saya terus meronta karena sesal demi sesal atas setiap pilihan dan keputusan  yang telah saya ambil; yang sama sekali tidak bisa ditarik mundur lagi. Yang harus tetap dinikmati sampai mati. Karena jika saya mundur goncangannya akan terasa lebih keras kepada orang lain yang ada di sekitar saya. Jadi untuk menjaga ketenangan saya harus terus belagak nyaman? Entah..........
Happy Birthday, Jeany! (semoga)

Minggu, 18 November 2012

Wajah-Wajah Di perjalanan Perenungan 2

      Halaman ini masih mengisahkan tentang orang-orang yang menemaniku dalam perjalananku selama 2 minggu yang luar biasa ini. Mereka adalah orang yang menghujaniku dengan persahabatan yang sejukan jiwa. Persahabatan tanpa pamrih. Bahkan salah seorang dari mereka bilang, "Gue ngga mau tahu apa jabatan dan pangkat lu sekarang. Bahkan lu boleh jadi presiden. Tapi di mata gue, lu tetep temen gue sejak kecil. Hati gue jernih ke elu dan ngga punya kepentingan apapun selain pertemanan". Ah, aku merasa seperti musafir yang selalu menemukan oase pada saat haus. Jadi tidak ada alasan untuk tidak bersyukur.......Ya, walaupun aku tidak bisa menemukan pohonku yang sangat aku butuhkan dan rindukan,
Yang di samping saya berselendang ungu itu Ana Sulianah teman waktu SMP di Jakarta. Di samping dia adalah suaminya. Saya mengunjungi keluarga ini karena ibu Ana meninggal dunia. Saya mengenal ibu Ana cukup baikkarena itu aku ikut rasa kehilangan beliau. Jadi  aku memutuskan untuk mengunjungi keluarga ini pada acara tahlilan 7 hari di Ciawi. . Aku menemukan pengalaman yang indah selama 2 hari bersama mereka. Seluruh keluarga besarnya hangat, ramah, tetap tenang dan "gembira"(atau tepatnya ikhlas) di tengah kedukaan. Mereka memperlakukan aku dengan sangat baik tanpa mempedulikan perbedaan yang ada. Dan rumah Ana itu nyaman banget, ada saung, kolam ikan, beragam pohon, banyak ayam, burung dan kucing.Aku yang mengalami susah makan dan susah tidur selama perjalanan ini, jadi makan banyak dan bolak-balik ngantuk di sini. (tentu aja aku ngga berani tidur lah sementara semua orang sibuk). Sayang ngga bisa lama tinggal dengan mereka.
Perhatikan ngga jembatan penyebrangannya? Saya naik jembatan itu karena mau naik busway. Dan ternyata saya salah. Seharusnya saya naik jembatam yang di jauh di belakang sana. Panik. Karena jalan kaki pasti  capek banget. Sepatu saya lumayan tinggi dan saya bawa 2 tas.. Naik kendaraan, ngga memungkinkan di tengah kepadatan jalan. Tapi ternyata ada kawan yang melihat saya di atas jembatan itu, dia lama bertepuk tangan dari dalam mobilnya, tapi tak saya sadari. Waktu akhirnya saya sadar saya salah dan memandang kian kemari saya melihat dia yang menyuruh saya segera turun. saya turun. You know what, di tengah kemacetan, dia tinggalkan mobilnya dan bergegas menghampiri saya di tangga, mengambil tas saya yang berat dan menuntun saya ke mobilnya. Saya terharu. Entah perasaan saya saja atau memang benar adanya saya merasa tiba-tiba jalanan menjadi sepi walaupun saat itu sedang macet. Kemudian dia mengantar saya dan memastikan saya naik kendaran yang tepat ke tempat tujuan saya.  Kisah kepedulian yang tidak akan mudah saya lupakan. Thanks, friend!

Ini Intan, sahabat sejak masih SMP. Dia menemaniku mencari rumah sewaan. Dan setelah itu  seharian kami menghabiskan waktu untuk makan dan shopping. 3 mall seharian.  He..he..he... Fun banget.


Pak Made Raju adalah contact personku kalau aku berhubungan dengan Hotel Golden View Batam. Ternyata kepindahannya ke Jakarta tidak menghalangi kami untuk berteman. Sekarang dia adalah Front Office Manager di Pomelotel Jakarta. Thanks buat sarapan dan obat Bodrex nya, pak Made. Saya jadi sehat lagi untuk melanjutkan perjalanan.

Selasa, 13 November 2012

Wajah-wajah di Perjalanan Perenungan (part 1)

Yosua and Yeny, mengunjungiku yang sedang tinggal di keluarga Ron and Janine Parrish.Dosenku di tahun 1988-1989 Sempat ragu untuk tinggal di keluarga America. Ternyata fun, rileks and mecerahkan. Love it! Thanks buat Yosua yang mengatur pertemuanku dengan mereka setelah 20 tahun terpisahkan 

Route reuni : Plaza Semanggi-Tamini-Bogor-Rindu Alam Puncak Pass-Cibodas and Raflees
Ini reuni  SPG TK /88, Setia Budi, yang mengharukan tapi juga fun.
(Ki-Ka) - \
Nia yang ramah dan tenang,
Yuli yang imut dan mampumengingat nama dan sejarah kawan lama dengan sangat detil.
Farida Pramugari yang tetap cantik dan awet muda, padahal terbang hampir setiap hari dan punya 2 anak.

Sri yang tetap tabah dan semangat menjalani hidup walau banyak tantangannya. Love her.
 Nestiti,Guru yang manis dan lincah dan siap jadi kepala sekolah
Ida Kepala Sekolah, yang baru 5 hari pulang haji tapi tetap tidak menolak ketika dipaksa ikut
Evy  Sang koordinator reuni, tak pernah jadi guru, tetap secantik 24 thn lalu.            




Nova sepupuku, motivator tergigih agar aku melakukan perjalanan ini. Thank you for always being sweet..............
Di perjalanan ini aku mendapat kabar, Ibu dari Anna meninggal dunia. Ikut rasa kehilangan. Karena aku sudah kenal ibu sejak aku dan Anna ber-SMP di sekolah yang sama. Beliau sabar, ramah dan pintar masak.Aku akrab dengan semua keluarga Anna.Terakhur aku mengungi mereka di Ciawi, Mei 2012 Berita ini mengejutkan. Aku menghadiri tahlilan 7 hari meninggalnya ibu.
Ngebut jam 3 pagi dari Bandung ke Jakarta. Deg-degan tapi asyik ngga akan kapok untuk mengulanginya. Terharu untuk setiap pertolongan dan kasih sayang yang aku terima dari banyak orang sepanjang perjalanan yang indah ini.
Menikmati suasana pemotretan di Jason Studio Bandung. Fun.


Minggu, 30 September 2012

Elegi Tulus



       Elegi Tulus

Cintaku padamu adalah pohon
Meninggi gapai langit
Mengakar peluk bumi

Bersandarlah saat kau lelah
Sembuhkan lukamu dengan daunku
Buahku kan segarkan jiwamu
Biarlah kerindanganku meneduhkanmu


Cintaku padamu adalah pohon
Yang ditanam di tepi aliran air
Yang memilih untuk terus tumbuh

Semakin kokoh
Semakin rindang
Semakin berbuah
Tak pernah bermusuhan dengan waktu


 

 -Happy 7th anniversary, dear!
Sungai Lekop, Batam, 1 Okt 2012

Selasa, 18 September 2012

Patah Hati (HIdup tak pernah hitam putih)



Ketika saya minta foto ini di-shoot saya sedang memikirkan seseorang yang sangat saya cintai. Foto ini untuknya dan akan segera saya email ke dia. Lalu saya mengeditnya dan memberi judul pada foto ini "Hidup tak pernah hitam putih" 

Tepat waktu saya ingin mengemail foto ini, tadi sore 18 September 2012, sekitar pk 18.00, datanglah seseorang yang sangat saya kenal. Dia menangis tersedu-sedu. Bukan tangisan bombay, tapi tangis pilu yang sangat menyayat hati. Tangis dari hati yang sangat hancur. Ternyata kekasihnya baru saja memutuskan hubungan mereka. Sebenarnya bukan baru juga sih, kekasihnya itu sudah dengan jelas mengatakan bahwa hubungan kasih mereka telah berakhir sejak Ramadhan kemarin. Tapi dia coba bertahan dan membujuk kekasihnya untuk kembali. Hingga akhirnya tadi sore dengan jelas kekasihnya mengatakan bahwa itulah keputusan mutlaknya, bahwa dia tidak mau melanjutkan hubungan kasih mereka. Saya sangat mengenal hubungan cinta ini. Cinta yang telah terjalin hampir 7 tahun.(seharusnya 30 Sept besok adalah 7th anniversary mereka) 

Mereka adalah pasangan kekasih yang luar biasa. Mereka saling mencintai dan bahkan teman saya ini sangat mengagumi kekasihnya. "Dia baik. Tulus. Smart. Selera humornya keren". Masih banyak lagi pujian untuk sang kekasih. Tiada hari berlalu tanpa dia merindukan kekasih hatinya. Mereka pasangan yang saling melengkapi. Yang satu tenang berwibawa penuh perhitungan sedangkan yang satunya lincah bahkan kadang sembarangan. Ribuan ungkapan cinta mereka mengalir begitu jujur indah dan orisinal. Riwayat chatting mereka mulai dari Friendster, YM hingga blogs, sms-an mulai dari M3, XL sampai balik lagi ke M3,telfonan mereka mulai dari Samsung, Nokia sampai ke I-phone dan BB. 

Mereka saling berbagi tanpa pamrih. Saling memiliki tanpa mendominasi. Hari-hari mereka penuh dengan tawa. Tidak pernah mereka bertengkar hebat. Perselisihan paham dapat segera diselesaikan dengan manis. Tak pernah bosan mereka bercengkrama. Kalau mereka sudah saling merayu dunia seakan miliki mereka. Kalau saja, kalian ada dekat mereka berdua, pasti akan bisa melihat sorot mata penuh cinta ketika mereka saling menatap. Bahasa mereka bukan lagi bahasa literal tapi bahasa kalbu yang melampaui setiap kata yang terucap. Jadi wajarlah kalau teman saya itu masih menangis sampai blog ini saya tulis sekitar jam 11 malam. Saya tanya, "sampai kapan kamu akan menangis?". Dia bilang dia akan menangis selama 7 tahun. Satu hari tangisan untuk setiap 1 hari indah yang mereka jalani bersama. Wah, semoga aja dia ngga serius ya? Lama-lama nangis akan membuat dia sakit fisik dan mental. Sambil terisak dia bilang, kalau dia ngga percaya bahwa kekasihnya tak lagi mencintainya. "Aku selalu ingat janji setianya, that he'll love me like a tree that never give up to grow up in any condition that he'll love me always and forever" Tangisnya kembali meledak setelah dia mengatakan itu. Tentu saja dia sedih, bagaimana mungkin always dan forever hanya berumur 7 tahun?.

Duh, apa yang harus dibilang untuk menghibur? Tadinya aku mau bilang, "Hei, hidup tak selamanya hitam putih. Pasti akan ada warna indah lainnya untuk kamu" Tapi dia pasti ngga akan mau mendengarkan aku. Aku tahu bahwa sekarang dia merasa hidupnya bukan hanya hitam putih tapi bahkan hitam pekat. Aku sempat bilang, "Toh, tidak sebagai kekasih kalian bisa berteman?" Dengan tatapan mata yang hampa dia jawab, "Aku tidak akan tahu cara berteman dengan dia. Aku jatuh cinta padanya sejak pandangan pertama. Bagaimana aku bisa berhenti memanggilnya "sayang dan menutup telfon tanpa bilang "I love you"?" Air mataku ikut berlinang mendengar jawaban itu. Dia benar, dia jatuh cinta pada kekasihnya sejak pandangan pertama. Dan aku rasa kekasihnya pun demikian. Terbukti mereka memang tak terpisahkan sejak pertama bertemu. Kawan saya ini bisa ribuan kali menceritakan pertemuan pertama mereka dengan detil dan sinar mata yang berbinar-binar karena memang dia jatuh cinta sejak pandangan pertama. Dan boleh aku tambahkan, Kekasihnya adalah cinta petamanya.... Hatinya mencari cinta sekian lamanya dan menemukan cinta itu ada pada kekasihnya. Kekasih yang hari ini meninggalkannya. Bisakah kau mengerti kehancuran hatinya kini?Suatu kali dia pernah bilang , "He's my world". Cinta mereka selalu dibawanya dalam doa. Satu doa yang cukup menggelitik yang pernah dia naikan adalah, "Tuhan jangan cemburu ya? Engkau  tetap yang terutama dalam hidupku. Tapi izinkanlah aku juga mencintainya. Jagai dan lindungi cinta kami, Tuhan. Dia sangat berarti buat aku....". What a love story that I never thought will end this way.

Kawan, pernahkah kalian patah hati? Apa penyebabnya? Bagaimana rasanya? Bagaimana kalian sembuh dari patah hati itu? Atau mungkinkah tidak pernah sembuh? Would you share to me? Supaya saya bisa menghibur kawan saya ini.Walau kelihatannya saat ini dia sedang tidak mau dihibur.